"Kisah Seorang Kakek dengan Kedua Embernya"
Tiba disuatu ketika, tersebut seorang kakek tua bernama Hadi, Hadi adalah seorang yang berprofesi sebagai tukang kebun disebuah istana, beliau sudah berprofesi sebagai tukang kebun istana selama bertahun-tahun lamanya, kakek hadi sangat tekun dan rajin dalam menjalankan tugasnya, tidak pernah sekalipun istana nampak murung, selalu nampak cerah dan ceria karena keelokan bunga-bunga dan tanaman di istana.
kakek Hadi dalam bekerja, sangatlah bergantung pada peralatan kebunya, sebut saja beberapa ember yang digunakan dalam mencari air untuk menyirami tanaman-tanaman bunga diseluruh istana, Kanan dan Kiri adalah sebutan kakek Hadi untuk kedua ember yang selalu menemaninya saat bekerja, karena kakek Hadi selalu memikul Kanan dan Kiri dipundaknya, kakek sangatlah bangga dengan embernya.
Suatu ketika saat perjalanan pulang ketika mencari air, Kanan berkata kepada Kiri
"
Hei Kiri ..kamu itu ember paling jelek di dunia, ember seperti kamu taklayak digunakan lagi".
Kiri pun menyahut.."
Kanan..kamu berkata apa? Aku masih layak digunakan, buktinya kakek masih setia memikulku untuk mengambil air"
Kanan menjawab lagi
"Dasar tidak tahu diri, kamu itu sudah tua, jelek, berat, bocor lagi..lihat saja itu air banyak yang tumpah, kakek pasti kecewa sama kamu, sudah berat air yang dibawa malah berkurang, huhh dasar..". mendengar ocehan si Kanan, Kiri nampak murung, dan tak sepatah katapun keluar dari mulut Kiri, merasa bersalah dan iba tentunya kepada kakek. namun kakek tidak menjawab dan hanya tersenyum.
Hari berganti, hingga genap bulan. Namun Kiri masih nampak murung dan Kanan masih selalu sombong dan menggoda Kiri waktu perjalanan mengambil air, tiba suatu ketika saat kakek mengambil air ditempat yang agak jauh, karena saat itu sumber air telah banyak mengering karena kekeringan. Kakek kelelahan dan merasa harus istirahat, tubuhnya yang tua dan keriput seperti menjadi saksi atas kerja kerasnya.
Kanan tiba-tiba berkata "
Hey... lihat itu, kamu sadar kan, kamu telah membuat kakek sangat kelelahan, bayangkan saja, betapa kakek harus mondar-mandir untuk mengganti air yang telah kamu tumpahkan, lihat aku...aku kuat, bagus dan tidak bocor"
Kiri masih terdiam dan tak bisa menjawab. "
Kek..kenapa tidak diganti saja itu kiri dengan ember yang lain, kasihan kan Kakek," celetuk Kanan. kakek hanya tersenyum, lalu disela-sela istirahat Kakek berkata,
"Di dunia ini taidak ada yang sia-sia"...."Kanan, Kiri dengarkan", lihatlah baik-baik, "...b
enar kamu kanan kamu ember yang bagus kuat dan tidak ada bocor sedikitpun, kamu ember yang setia Kiri, kakek tidak akan mengganti kamu, sebelum kamu benar-benar hancur.."
"Kanan kamu bekerja sangat baik, tidak ada satu setetespun air yang tumpah dari kamu, dan semua menjadi lebih mudah, dan tentunya sangat berguna, namun jangan kamu anggap Kiri tidak berguna dan tak layak digunakan karena alasan kebocoran di tubuh Kiri", lihatlah saat nanti perjalanan pulang banyak bunga, tanaman yang tumbuh dengan baik disamping Kiri Kakek, nampak hijau dan sehat, itu tandanya tidak ada yang sia-sia dengan kebocoran Kiri, karena memang tidak ada yang terlihat sia-sia dengan usaha kita didunia ini. Mendengar ucapan Kakek, Kanan pun menjadi kethus, dan terdiam, Kiri yang dari kemarin nampak murung, seketika terlihat berseri seperti tidak ada beban. Kakek pun melanjutkan perjalanan pulang, untuk segera menyirami bunga-bunga istana yang sudah menanti.
Saat perjalanan pulang. Benar saja, memang tanaman disisi Kiri kakek nampak Hijau dan banyak ditumbuhi bunga-bunga, namun disisi kanan kakek tak ada satupun tumbuhan yang tumbuh, hanya pasir dan tanah kering. Melihat itu Kanan merasa sadar dan berjanji tidak akan menggoda dan mengejek Kiri. Bertahun-tahun lamanya kakek masih menjadi Tukang Kebun Istana hingga tutup hayatnya.
*red :Azis Eko Yulianto/belajar nulis